Digital Disruption, Berkah atau Bencana?
Digital Disruption, Berkah atau Bencana?INILAHCOM, Jakarta - Lahirnya beragam platform digital saat ini. dapat memicu kekacauan terutama adalah dalam urusan bisnis. Siapa sih pembuat kekacauan digital itu? Seperti apa sosok digital disruptor?.
Dalam tulisan yang dibuat oleh Anneliese Schulz, Vice President of Asia, Software AG menerangkan fenomena kekacauan digital dan bagaimana menyesuaikan para pebisnis untuk merancang bisnis digital mereka.
Terdapat aturan utama dalam berbisnis: jangan mengubah sesuatu yang sudah bekerja dengan baik. Ini adalah seperti sebuah mantra yang sayangnya akan membuang waktu dan mendukung kultur resistensi yang terlalu berhati-hati.
Hal ini dibenarkan oleh survei Digital Transformation oleh IDC, yang mengungkapkan bahwa hanya 7% dari bisnis kecil dan
menengah mengadopsi strategi digital yang melampaui integrasi, meskipun lebih dari 40% percaya bahwa transformasi digital penting untuk kelanjutan bisnis di masa depan.
Penyebab ketidaksesuaian ini bukan karena kurangnya kesiapan bisnis digital, tetapi karena adanya perbedaan antara pemahaman konsep dan tindakan yang diperlukan.
Para pengusaha memahami bahwa gangguan atau yang sering disebut disruption ini bukanlah sebuah pengecualian melainkan sebuah peraturan global saat ini.
Dengan begitu bagaimana perusahaan dapat merencanakan masa depan mereka? Terutama, bagaimana perusahaan merancang sebuah strategi digital yang cukup dinamis untuk untuk mengatasi gangguan ini di masa yang akan datang untuk menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan?
Menyusun strategi untuk mengatasi gangguan (disruption) yang terjadi
Tren digital di masa depan yang makin canggih, membuat para perusahaan memberikan investasi lebih banyak untuk perkembangan teknologi yang mereka gunakan ke depannya, salah satunya dengan meningkatkan infrastruktur digital perusahaan tersebut Beberapa langkah pendukung terpenting dalam menangani sebuah gangguan (disruption) adalah dengan menerimanya.
Distruption bisa dilihat sebagai sesuatu yang positif karena merupakan sebuah inovasi yang dinamis. Ini merupakan berita baik bagi konsumen, karena
kekuasaan menjadi berada di tangan mereka dan ini sudah terjadi dalam lima tahun terakhir.
Kekuasaan di tangan pelanggan
karena kekuasaan berpindah ke tangan pelanggan, sejumlah tantangan yang akan muncul,
diantaranya:
• Pelanggan dapat berkomunikasi dan berinteraksi melalui sejumlah jalur yang berbeda
• Penyesuaian (customizing) produk dan jasa
• Mengaplikasikan feedback pelanggan dalam desain produk
• Mengatasi pelanggan dan membandingkan harga secara global
• Menyediakan jasa digital add-on
• Berurusan dengan pengaruh langsung pada opini pasar dari seluruh dunia, di mana pun dan kapan pun.
Industri perbankan dan jasa keuangan sedang bekerja dalam mengatasi isu-isu customer- centric, dimana bank tradisional di wilayah tertentu, seperti DBS dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sedang meningkatkan sistem mobile banking mereka dan terus menerus menawarkan jasa personalisasi kepada nasabah. Pelaku finansial menginvestasikan banyak dana untuk analisis data sehingga bisa mendapatkan insights menarik tentang kebiasaan belanja dan pola transaksi konsumen. Sebuah studi terbaru dari Frost & Sullivan mengungkapkan bahwa bisnis di Asia semakin bergerak menuju model bisnis yang berbasis layanan untuk melawan proliferasi dari lingkungan yang kompetitif dan mengganggu.
Industri internet akan memiliki dampak yang lebih besar pada digitalisasi dunia dibandingkan dengan fase sosial atau konsumen. Bisnis di wilayah ini masih dalam tahap awal dari Internet of Things (IoT), serta faktor “Who, What, How dan Why” dari industri tersebut yang juga merupakan isu besar.
Big data membuka pintu/peluang baru
Solusi yang dibangun pelanggan mengubah dunia setiap hari dan portofolio teknologi yang mendorong perubahan ini juga berkembang.
Apa efeknya? Industri internet yang merupakan program integrasi terhebat, menyediakan tulang punggung untuk penggabungan Big Data. Big Data ini akan menyediakan bahan bakar bagi machine learning dan Artificial Intelligence, yang membentuk tulang punggung untuk generasi aplikasi IoT berikutnya.
Untuk layanan perusahaan dan pemerintahan, menunjukkan bahwa dengan memiliki departemen IT dan bisnis menggunakan alat yang umum, bahasa yang umum dan turut.
Mengembangkan aplikasi baru, secepat meningkatnya permintaan pasar. Ini berarti dengan memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi tren pasar lebih awal, dapat menentukan tempat bisnis individual atau eksternal secara real-time dan memiliki fleksibilitas serta kelincahan untuk mengubah operasi bisnis terhadap situasi “baru” secepat mungkin.
Informasi, analisis dan kemampuan untuk merespon adalah kunci kesuksesan di masa yang akan datang. Sangatlah penting untuk memiliki kecepatan beradaptasi terhadap perubahan.
Semakin cepat perusahaan bergerak, semakin mudah untuk mengubah tantangan bisnis menjadi kesempatan berbisnis yang baru. Hanya yang bergerak lambat akan melihat digitalisasi sebagai sebuah ancaman.
Pendorong utama transformasi perusahaan adalah digitalisasi, yang juga memberikan dampak terhadap ekonomi global – dari rendahnya harga minyak dan komoditas hingga suku bunga sub-zero.
Bagi bank yang menghadapi tekanan biaya dan berurusan dengan klien dari berbagai negara, penting bagi mereka mengidentifikasi secara lebih awal revolusi digital yang akan datang dan mengidentifikasi apa yang mengganggu sebelum mereka terganggu oleh kompetitor baru atau lama.
Seperti halnya proliferasi e-commerce terhadap meningkatnya Fintech dalam industri jasa finansial, Asia Tenggara telah mengalami disruption dari setiap sudut.
Bagaimanapun, bisnis masih akan tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara Barat terutama dalam
mengatasi beast of disruption.
Ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, terutama jika ingin memanfaatkan potensi bisnis besar yang ditawarkan dunia digital.
2017 akan membawa momen-momen yang menakjubkan, dan hanya perusahaan dengan kemampuan digital-lah yang akan muncul sebagai pemenang dalam perkembangan era digital ini.
0 Response to "Digital Disruption, Berkah atau Bencana?"
Posting Komentar