Inilah Wajah Pelayanan Obat di Era JKN
Inilah Wajah Pelayanan Obat di Era JKNINILAHCOM, Jakarta - Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai dari tahun 2013. Sejalan dengan berkembangnya JKN di masyarakat, ternyata pelayanannya belum terasa maksimal.
Menurut hasil kajian Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (CHEPS) FKM UI, terdapat sebanyak 42 persen responden masih mengeluarkan biaya pribadi (Out of Pocket Payment/OOP). Kemudian, sekitar 4 persen responden mengeluarkan biaya pribadi untuk membayar obat atau rata - rata sekitar Rp 59.000 untuk berobat di pelayanan primer.
Kemudian, untuk satu persen responden mengeluarkan biaya pribadi untuk obat dan penunjang medis. Rata - rata biaya sekitar Rp. 162.000. Selanjutnya untuk berobat di rumah sakit, sebanyak 31 persen responden mengeluarkan biaya pribadi untuk pelayanan kesehatan.
Sekitar 20 persen responden mengeluarkan biaya pribadi untuk obat. Rata - rata sekitar Rp. 128.000 ntuk rawat jalan dan Rp. 856.000 untuk rawat inap.
"Masih diperlukan perubahan kebijakan signifikan ke depan untuk menyikapi permasalahan - permasalahan seperti antrian pasien yang panjang. Masalahnya ini apakah banyak orang yang sakit, atau kita kekurangan supply. Ada yang mengatakan bahwa kekurangan ruang inap , hanya anehnya, ketika ada pasien tidak menggunakan BPJS, ruang inap ini tersedia," kata Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH, guru besar bidang ekonomi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia saat ditemui di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Beragam alasan masyarakat saat mengeluarkan biaya sendiri untuk obat - obatan menurut hasil penelitian tersebut. Yaitu karena ketersediaan obat atau kosong sekitar 33 persen. Obat yang diresepkan tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan sekitar 33 persen.
0 Response to "Inilah Wajah Pelayanan Obat di Era JKN"
Posting Komentar